Niat yang menyelamatkan

Hari ini, seperti di Rabu sore biasanya adalah jadwal tahsin saya. Iya, saya masih belajar membaca Al-Quran bahkan sampai di usia ini sudah memiliki 3 anak. Klo diingat-ingat kembali, belajar Al-Quran adalah pelajaran yang terus saya lakukan sejak kecil bahkan sebelum saya sekolah. Di masa SD pun belajar, SMP jg demikian, SMA yang sama sekali tidak, lalu lanjut belajar lagi dari kuliah, sampai menikah dan punya anak. Hasilnya ? Tentu belum juga sempurna hingga hari ini.

Pernah suatu kali, di tahun kemarin, saat guru ngajiku berhalangan hadir dan diganti dengan ustadzah yang lain, ustadzah ini agak tegas. Saya diminta ulang berkali-kali sampai sedikit mendekati benar. Belum benar loh ini haha. Saya sampai mau menangis saat itu ketika diminta ulang terus menerus tapi saya masih juga tidak mengerti dan salah terus.

Hari ini, hujan sejak siang dan alhamdulillah mendekati jadwal tahsin hujannya mulai mereka. Saya pergi dengan kondisi sedikit gerimis. Di motor, setelah membaca doa naik kendaraan, saya mengulang kembali niat belajar Al-Quran. Saya utarakan niatku pada Allah.

"Ya Rabb, hamba berniat menuntut ilmu Al-Quran karena-MU. Agar bacaan hamba sempurna dan sempurna pula pahala yang hamba dapatkan saat membaca Al-Quran. Agar kelak hamba bisa mengamalkan dan juga mengajarkannya agar menjadi amal jariyah. Rabb, sejujurnya ada rasa malas yang hamba lawan untuk keluar belajar di sore yang gerimis ini. Tapi hamba melawannya dan berharap Engkau karuniakan pahala menuntut ilmu yang berlimpah. Selain itu, hamba sadar betapa iman hamba naik turun dengan signifikan. Alhamdulillah atas izin-Mu dengan menuntut ilmu, techarge lagi ruhiyahku dan terjaga sholat dan ngajiku duhai Rabbi. Hamba ingin menjadi hamba-Mu yang taat."
Sepanjang jalan di motor saya berusaha meluruskan niat dan berdoa pada Allah.

Sesampainya di tempat tahsin, saya terhenti sejenak di depan pintu. Karena mendengar suara ustadzah dari dalam bukan seperti suara ustadzahku. Deg.. Apakah itu ustadzah pengganti yang tegas waktu itu ? Terlintas pikiran untuk pulang saja, mumpung pintu belum saya buka. Ya Allah... Tiba-tiba teringat kembali semua niat-niat besar yang saya ucapkan selama diperjalanan. Aah, majuu tii. Bismillah, kubuka pintu dengan salam.

Daaaaaan, ternyata ustadzah penggantinya berbeda dengan yang sebelumnya. Yang ini sedikit lebih tegas dari ustadzahku yang ceria, tapi beliau juga sangat lembut dan saya suka cara beliau mengoreksi bacaan dan menjelaskan materi pada kami.

Saya bersyukur karena tidak menyerah biidznillah. Alhamdulillah berasa sekali efek melontarkan niat itu, rasanya haru hingga saat ini. Semoga Allah karuniakan hati yang lapang lagi semangat dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya. Aamiin..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Canvas Passion to Project Passion

Luka, kala itu..

2. Mentoship : Tujuan & Mengukur Kemampuan | Kupu-kupu