Mendidik itu Tidak Mendadak

Bagiku mendidik anak adalah mendidik diri sendiri.
Jika ingin anak menjadi pribadi yang jujur, tentu aku harus belajar untuk tidak berbohong sekalipun padanya. Sesederhana, "klo tidak minum obat akan disuntik dokter.", "nanti pak polisi mau marah.", "Umma tidak pergi." yang pada kenyataannya pergi.
Merasa tidak asing dengan kalimat-kalimat ini kan? Mungkin iya sederhana, tapi pada praktinya amat sangat sulit. Kenapa ? Ya karena ini adalah kalimat yang sering aku dengar sejak kecil sampai saat ini meskipun dari orang tua lainnya.

Seberdarah-darah apapun kita berupaya dengan teori, seberbusa-busa mulut kita menasihati anak, menurutku akan sulit tanpa teladan. Bukankah anak-anak cermin paling handal bagi kita orang tuanya?
Oh iya, lihat saja bagaimana cara anak kita marah. Tidak asing juga ? Mirip siapa yaa kira-kira? hehe

Alhamdulillah Allah karuniakan aku guru-guru yang tidak hanya indah perkataannya, namun juga teladannya. Kadang justru malu bercampur haru menyaksikan teladan dari sang Guru yang semoga Allah memberkahi beliau-beliau.

Namun selain teladan, ada 1 hal yang selalu diajarkan oleh guruku. Bahwa sebagai orang tua, kita tidak akan mampu mendidik anak-anak kita tanpa pertolongan Allah.

Jika diingat-ingat lagi, sebenarnya aku pun merasakan hal itu namun terlambat menyadarinya. Selama hidup ini, sejauh apa sih campur tangan orang tua ke kita? Aku pun teringat jauh dari orang tua itu saat bersekolah SMP yang jauh dari kampung. Saat itu sejauh mana keterlibatan orang tuaku? Maasya Allah tabaarokallahu. Allah. Allah yang mendidikku.

Bukan tidak pernah, sesekali aku bertemu dengan orang jahat ataupun yang berniat buruk. Allahu Akbar, Alhamdulillah, Allah menjagaku, Rabbku.
Pun ketika Allah mempertemukanku dengan orang-orang baik dimana aku bisa belajar lebih banyak. Mendekatkanku pada orang yang baik yang tidak ramah, dimana aku bisa mengasah kepekaan dan mentalku. Maasya Allah, Allah mendidikku.

Sejak masa SMP, SMA dan awal masa kuliah dimana jauh dari orang tua, aku terbiasa berpindah-pindah tempat tinggal dari rumah keluarga yang satu ke rumah keluarga yang lain. Atau menginap setiap akhir pekan dari rumah ke rumah. Pada saat awal menikah, aku menikmati akhir pekan menginap di rumah sepupu suami atau di rumah orang tua dan balik lagi ke rumah mertua.

Ada pula masa aku harus menjaga nenek di usia senjanya. Menemaninya tidur yang saat itu ditinggal kakek. Sesekali saat kakek adapun aku juga menginap. Dan Allah karuniakan mertua yang usianya saat ini mungkin sama dengan usia kakek dan nenek saat itu.

Adakah hikmahnya? Tentu saja. Aku terbiasa gercep packing dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Aku pun tidak asing dengan karakter orang tua atau bisa peka dengan hal-hal kecil yang mereka inginkan. Allah yang mendidikku. Menolongku dengan bekal sebelum memberikan ujian ataupun nikmat. Agar aku bisa menemukan sabar dan syukurku.

Maasya Allah tabaarokallahu..
Betapa Maha Baiknya Allah, Allah Rabbku yang Maha Penyayang.
Saat ini ikhtiar dan doa-doaku adalah bagian dari menjalankan amanah mendidik anak yang Allah titipkan padaku. Dan aku percaya, Allah akan mendidik mereka.

"Ya Allah, sungguh aku berusaha mendidik anak-anakku, tapi aku tidak mampu menjadikannya terdidik, maka jadikanlah mereka terdidik, Allahu Rabbi. Ya Allah, kasihanilah aku. Bantulah aku menumbuhkan anak-anak dengan sebaik-baik penjagaan dari-Mu." Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Canvas Passion to Project Passion

Luka, kala itu..

Tantangan 30 Hari | Day 10