Luka disekujur hari
Dalam proses perjalanan menjadi ibu, hingga memiliki tiga anak saat ini, Allah mempertemukan saya dengan sesama ibu yang saling menguatkan maasya Allah. Semakin dekat dengan mereka, saya menyadari bahwa kami menjalani peran dengan membawa "luka" masing-masing.
Ada yang memiliki luka-luka kecil, tidak dalam, tapi penuh disekujur harinya. Ada lagi yang tidak memiliki luka sebanyak itu, tapi lukanya begitu dalam, bahkan hampir merenggut nyawanya. Aahhh, ada banyak jenis luka yang bahkan sulit untuk digambarkan lewat kata-kata.
Dan tahukah umma luka yg paling menyakitkan?
Bukan luka yg paling banyak darahnya, atau yang paling menguras air mata. Bukan.
Melainkan luka yang ditorehkan oleh orang yang paling kami sayangi.
Luka ini aneh. Entah kenapa rasa sakitnya tidak membuat rasa sayang kami berkurang sedikitpun. Aneh bukan?
Kami tetap menjalani hari-hari sepenuh cinta seperti biasa. Namun saat bayang-bayang rasa sakitnya tiba-tiba muncul, kami meledak tak terkendali. Astaghfirullah wa atubu ilaih.
Sayangnya ledakan ini tidak kadang tidak beraturan dan sulit dikontrol. Sasarannya adalah pada mereka yang paling lemah diantara kami. Siapakah itu ? Anak-anak. Iya, mereka adalah sasaran empuk dari ledakan-ledakan itu. Bukan hanya karena mereka lemah dan paling sering bertemu. Tapi juga karena anak-anak adalah korban yang akan tetap mencintai kami meski dengan sekujur luka tersebab ledakan emosi kami.
Tentu itu bukanlah hal yang kami harapkan. Masih teringat dan terlihat jelas bekas luka-luka pengasuhan masa kecil, yang sayangnya masih dengan tanpa sadar kami menorehkan luka yang sama ke anak-anak ini. Persis, sama letak dan sakitnya. Hal yang justru berusaha dihindari, justru terjadi.
Apakah karena luka kami belum sembuh ? Apakah karena luka kami tidak kami terima dengan baik, justru berpura-pura menganggapnya tidak ada demi meneruskan hidup yang layak ?
Saat menyadari ada berbagai jenis luka dan bahkan luka-luka yang tidak teridentifikasi tapi tetap menyebabkan ledakan, saya mulai melihat orang lain dari sudut pandang yang berbeda.
Orang yang sering update status curhat di medsos misalnya, mungkin sebagian orang bisa risih dengan hal ini, saya pun dulu demikian. Namun sekarang, saya justru merasa sedih, entah luka seperti apa yang dialaminya. Ataukah hal ini adalah bagian dari bentuk pertahanan dirinya untuk tetap waras menghadapi dunianya ?
Ada banyak jenis luka dan penyebabnya. Kadang kita tidak menyadarinya, bahkan menolaknya. Bagaimana bisa mengobatinya jika tidak tahu seperti apa lukanya ? Semoga Allah karuniakan hati yang lapang, dan sembuhkan segala jenis luka. Aamiin..
Komentar
Posting Komentar