Rabu, 08 April 2020

Jurnal Puasa Pekan 2 | Intonasi Tinggi

Bismillaah..

Pekan ini saya menunda dulu puasa tentang gadget karena masih harus fokus di grup sharing Anti Mati Gaya IP Sulteng. Nah, sy pun beralih ke puasa "Intonasi Tinggi" dulu sebelum melanjutkan ke gadget lagi pekan depannya.

Alasan saya memilih puasa ini karena tanpa sadar saya sering menggunakan intonasi yang tinggi kepada anak-anak utamanya ketika sedang kaget atau dalam kondisi tertekan. Saya tersadar saat si sulung berkata bahwa saya telah memarahinya, meskipun saya tidak bermaksud demikian. Misalnya, ketika dia melompat dan hampir jatuh, otomatis saya akan sedikit menaikkan intonasi sambil berkata "awas jatuh nak" padanya. Nah ini masuk dalam kategori "dinarahi" bagi dia. Padahal kan saya tidak bermaksud. Tapi setelah saya perhatikan memang seringnya seperti itu huhuhu

Dan setelah puasa seminggu ini, saya mulai berusaha berubah dan setidaknya berusaha menyadari situasi² mana yg dapat membuat saya menaikkan intonasi. Saat menyadarinya, saya akan berusaha untuk diam sejenak sebelum berbicara ke anak-anak. Meskipun situasinya kadang mengagetkan hahaha
Awalnya lumayan berhasil, satu dua hari masih sadar klo lagi puasa. Sayangnya hari-hari berikutnya mulai kembali lagi dgn intonasi tinggi.

Aduuuuh, memang susah yaa merubah kebiasaaan. Tapi saya bertekad akan berusaha melanjutkan puasa ini setelah gadget pekan depan. Berubah atau kalah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jurnal Puasa Pekan 2 | Intonasi Tinggi

Bismillaah..

Pekan ini saya menunda dulu puasa tentang gadget karena masih harus fokus di grup sharing Anti Mati Gaya IP Sulteng. Nah, sy pun beralih ke puasa "Intonasi Tinggi" dulu sebelum melanjutkan ke gadget lagi pekan depannya.

Alasan saya memilih puasa ini karena tanpa sadar saya sering menggunakan intonasi yang tinggi kepada anak-anak utamanya ketika sedang kaget atau dalam kondisi tertekan. Saya tersadar saat si sulung berkata bahwa saya telah memarahinya, meskipun saya tidak bermaksud demikian. Misalnya, ketika dia melompat dan hampir jatuh, otomatis saya akan sedikit menaikkan intonasi sambil berkata "awas jatuh nak" padanya. Nah ini masuk dalam kategori "dinarahi" bagi dia. Padahal kan saya tidak bermaksud. Tapi setelah saya perhatikan memang seringnya seperti itu huhuhu

Dan setelah puasa seminggu ini, saya mulai berusaha berubah dan setidaknya berusaha menyadari situasi² mana yg dapat membuat saya menaikkan intonasi. Saat menyadarinya, saya akan berusaha untuk diam sejenak sebelum berbicara ke anak-anak. Meskipun situasinya kadang mengagetkan hahaha
Awalnya lumayan berhasil, satu dua hari masih sadar klo lagi puasa. Sayangnya hari-hari berikutnya mulai kembali lagi dgn intonasi tinggi.

Aduuuuh, memang susah yaa merubah kebiasaaan. Tapi saya bertekad akan berusaha melanjutkan puasa ini setelah gadget pekan depan. Berubah atau kalah!

0 komentar:

Posting Komentar