Selasa, 24 Oktober 2017

Kakak VS Adik






Alhamdulillah, Selalu bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik yang menjadi teladan nyata dalam mendidik anak di jaman fitnah ini. Salah satu teladan saya yaitu Bunda Julia Sarah Rangkuti yang ide-idenya sering saya contek dan modifikasi lewat buku Rumah Main Anak (RMA) karya beliau. Beberapa pekan lalu saya bergabung dalam Grup RMA yang rutin berbagi tulisan-tulisan beliau seputar pengasuhan anak. Setelah beberapa hari lalu baper karena tulisan beliau, malam inipun demikian. Saking bapernya, memaksa saya untuk melawan katuk dan menulisnya seegera mungkin sebelum hilang begitu saja. Iya, saya lagi berusaha untuk mengikat ilmu dengan tulisan.

Saat membaca tulisan diatas bagaimana pendapat bunda ? Apa pernah mengalaminya sebagai kakak yang diminta terus mengalah atau sebagai adik yang selalu menang ? Atau mungkin bunda baru saja memperlakukan kakak dan adik seperti itu ?

Saya pernah mengalaminya.. Berada di posisi adik yang dipelototin kakak karena dibela Mama dan Papa. Dan seringnya berada diposisi kakak yang menangis karena merasa tidak adil atas perlakuan Papa. Mungkin karena usia saya yang terpaut jauh dengan kakak-kakak saya dan hanya berbeda dua tahun dengan adik saya, maka saya lebih sering mengalami posisi diadili sebagai kakak dibanding adik.

Saat bermain bersama, si adik terluka, jelas si salah pastinya kakak. Saat bertengkar dan dua-duanya menangis, jelas kakak lg yang salah (apalagi klo hanya si adik yg nangis *alamak). Saat memperebutkan sesuatu, tentu si kakak yang harus mengalah. Seperti itu yaa.. Saya ingat sering menangis masuk kamar dan peluk guling. Hahahaha mungkin ini salah satu alasan saya jadi suka ngambekan :D

Aaaah saya benar-benar berharap Ghaza tidak akan merasakan segala hal baik yang sudah saya sebutkan tadi atau belum. Saya tidak ingin menjadi seorang ibu yang menomorsatukan adik dan terus mengadili si kakak. Ini juga salah satu alasan saya menimbang-nimbang sudah tepatkah bagi Ghaza untuk memiliki adik saat ini. Juga menjadi salah satu motivasi saya untuk terus belajar sebagai ibu yang baik dan amanah. Dan salah satu alasan untuk terus membenahi ruhiyah agar bisa tenang menghadapi situasi apapun dengan pertolongan-Nya.


Palu, 24/10/17
Ummu Ghaza




Selanjutnya sy sharing tulisan Bunda Julia Sarah Rangkuti yaaa.. Semoga bermanfaat :)



***




Mengapa Abang/Kakak yang harus terus mengalah, Ibuuuk? Apakah karena ia anak pertama? Apakah karena ia lebih besar? Ow..oww...it's not fair..
Menjadi seorang Kakak bukanlah suatu hal yang mudah untuk anak balita, khususnya. Jika dahulu sebelum kita menikah kita tak pernah belajar parenting, apatah lagi si Kakak: ia pun tak pernah dan tak punya pengalaman menjadi Kakak. Lalu, mengapa kita harus terus mengadilinya? Memintanya mengalah. Memintanya berbagi. Berharap ia dapat menjaga adik-adiknya. Dan, berharap Kakak bisa mengerti atas harapan-harapan kita padanya.
Hingga..pada suatu titik, kita lupa bahwa harapan kita padanya terlalu besar dan melampaui kapasitas diri mungilnya. Sehingga, betapa mudah kita mencapnya sebagai anak pelit, tak sayang adik, juga labelling negatif lain yang tak sepantasnya. Ahhh..ibuuuuk...it's not fair! 😢
Padahal, kita saja yang belajar parenting-entah dari seminar ataupun buku-buku, seringkali melakukan salah yang sama, tak terhitung masuk lubang yang sama berkali-kali. Mengapa kita tak bersabar dengan usahanya yang (lagi-lagi) tak pernah belajar dan tak punya pengalaman menjadi Kakak sebelumnya.
Ahhh..ibuuuk..betapa anak pertama kita pun ingin dimanjakan. Dibela hak-haknya. Disikapi secara adil. Dipeluk tubuhnya. Didekap hatinya. Digendong seperti adiknya.
Aahhhh..ibuuuk..betapa anak pertama kita sungguh-sungguh telah berjuang untuk menjadi Kakak yang baik seperti yg kita inginkan, namun mungkin mereka seringkali tak tahu caranya. Bukankah, mereka seringkali mengajak bermain adiknya? Melucu untuk adiknya dan membuatnya tertawa? Membelikan jajanan yang sama untuk adiknya?
Ahhh..ibuuuk..bukankah anak pertama kita senantiasa istimewa? Sebab, atas kelahiran dirinyalah kita benar-benar menjadi IBU..
Ahhh..ibuuuuk..sungguh mereka pun sedang belajar. Tolong maafkan jika masih banyak kesalahan dan kekurangan. Sama seperti mereka yang selalu memaafkan salah dan kurang kita.
Aaahhh..ibuuuk...ayo peluk anak pertama kita. Buah hati pertama yang selalu istimewa 😘😘
Peluk sayang untuk semua anak pertama. Hai Kakak, dimanapun kalian berada semoga Bapak-Ibumu senantiasa bersikap adil.
Special notes untuk Abang Kenzie. You are special boy. Forever 😙😙
***
Tangerang, Mei 2017
Dari seorang ibu yang terus belajar bersikap adil pada anak-anaknya
IG: @juliasarahrangkuti
FP FB: Julia Sarah Rangkuti
Web: juliasarahrangkuti.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kakak VS Adik






Alhamdulillah, Selalu bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik yang menjadi teladan nyata dalam mendidik anak di jaman fitnah ini. Salah satu teladan saya yaitu Bunda Julia Sarah Rangkuti yang ide-idenya sering saya contek dan modifikasi lewat buku Rumah Main Anak (RMA) karya beliau. Beberapa pekan lalu saya bergabung dalam Grup RMA yang rutin berbagi tulisan-tulisan beliau seputar pengasuhan anak. Setelah beberapa hari lalu baper karena tulisan beliau, malam inipun demikian. Saking bapernya, memaksa saya untuk melawan katuk dan menulisnya seegera mungkin sebelum hilang begitu saja. Iya, saya lagi berusaha untuk mengikat ilmu dengan tulisan.

Saat membaca tulisan diatas bagaimana pendapat bunda ? Apa pernah mengalaminya sebagai kakak yang diminta terus mengalah atau sebagai adik yang selalu menang ? Atau mungkin bunda baru saja memperlakukan kakak dan adik seperti itu ?

Saya pernah mengalaminya.. Berada di posisi adik yang dipelototin kakak karena dibela Mama dan Papa. Dan seringnya berada diposisi kakak yang menangis karena merasa tidak adil atas perlakuan Papa. Mungkin karena usia saya yang terpaut jauh dengan kakak-kakak saya dan hanya berbeda dua tahun dengan adik saya, maka saya lebih sering mengalami posisi diadili sebagai kakak dibanding adik.

Saat bermain bersama, si adik terluka, jelas si salah pastinya kakak. Saat bertengkar dan dua-duanya menangis, jelas kakak lg yang salah (apalagi klo hanya si adik yg nangis *alamak). Saat memperebutkan sesuatu, tentu si kakak yang harus mengalah. Seperti itu yaa.. Saya ingat sering menangis masuk kamar dan peluk guling. Hahahaha mungkin ini salah satu alasan saya jadi suka ngambekan :D

Aaaah saya benar-benar berharap Ghaza tidak akan merasakan segala hal baik yang sudah saya sebutkan tadi atau belum. Saya tidak ingin menjadi seorang ibu yang menomorsatukan adik dan terus mengadili si kakak. Ini juga salah satu alasan saya menimbang-nimbang sudah tepatkah bagi Ghaza untuk memiliki adik saat ini. Juga menjadi salah satu motivasi saya untuk terus belajar sebagai ibu yang baik dan amanah. Dan salah satu alasan untuk terus membenahi ruhiyah agar bisa tenang menghadapi situasi apapun dengan pertolongan-Nya.


Palu, 24/10/17
Ummu Ghaza




Selanjutnya sy sharing tulisan Bunda Julia Sarah Rangkuti yaaa.. Semoga bermanfaat :)



***




Mengapa Abang/Kakak yang harus terus mengalah, Ibuuuk? Apakah karena ia anak pertama? Apakah karena ia lebih besar? Ow..oww...it's not fair..
Menjadi seorang Kakak bukanlah suatu hal yang mudah untuk anak balita, khususnya. Jika dahulu sebelum kita menikah kita tak pernah belajar parenting, apatah lagi si Kakak: ia pun tak pernah dan tak punya pengalaman menjadi Kakak. Lalu, mengapa kita harus terus mengadilinya? Memintanya mengalah. Memintanya berbagi. Berharap ia dapat menjaga adik-adiknya. Dan, berharap Kakak bisa mengerti atas harapan-harapan kita padanya.
Hingga..pada suatu titik, kita lupa bahwa harapan kita padanya terlalu besar dan melampaui kapasitas diri mungilnya. Sehingga, betapa mudah kita mencapnya sebagai anak pelit, tak sayang adik, juga labelling negatif lain yang tak sepantasnya. Ahhh..ibuuuuk...it's not fair! 😢
Padahal, kita saja yang belajar parenting-entah dari seminar ataupun buku-buku, seringkali melakukan salah yang sama, tak terhitung masuk lubang yang sama berkali-kali. Mengapa kita tak bersabar dengan usahanya yang (lagi-lagi) tak pernah belajar dan tak punya pengalaman menjadi Kakak sebelumnya.
Ahhh..ibuuuk..betapa anak pertama kita pun ingin dimanjakan. Dibela hak-haknya. Disikapi secara adil. Dipeluk tubuhnya. Didekap hatinya. Digendong seperti adiknya.
Aahhhh..ibuuuk..betapa anak pertama kita sungguh-sungguh telah berjuang untuk menjadi Kakak yang baik seperti yg kita inginkan, namun mungkin mereka seringkali tak tahu caranya. Bukankah, mereka seringkali mengajak bermain adiknya? Melucu untuk adiknya dan membuatnya tertawa? Membelikan jajanan yang sama untuk adiknya?
Ahhh..ibuuuk..bukankah anak pertama kita senantiasa istimewa? Sebab, atas kelahiran dirinyalah kita benar-benar menjadi IBU..
Ahhh..ibuuuuk..sungguh mereka pun sedang belajar. Tolong maafkan jika masih banyak kesalahan dan kekurangan. Sama seperti mereka yang selalu memaafkan salah dan kurang kita.
Aaahhh..ibuuuk...ayo peluk anak pertama kita. Buah hati pertama yang selalu istimewa 😘😘
Peluk sayang untuk semua anak pertama. Hai Kakak, dimanapun kalian berada semoga Bapak-Ibumu senantiasa bersikap adil.
Special notes untuk Abang Kenzie. You are special boy. Forever 😙😙
***
Tangerang, Mei 2017
Dari seorang ibu yang terus belajar bersikap adil pada anak-anaknya
IG: @juliasarahrangkuti
FP FB: Julia Sarah Rangkuti
Web: juliasarahrangkuti.com


0 komentar:

Posting Komentar