Sambutan di Workshop Menulis Anak
Bismillaah..
Alhamdulillah...
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shoolihaat.
Segala puji hanya milik Allah yang dengan segala nikmat-Nya kebaikan menjadi sempurna. Sholawat dan salam buat Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam, para sahabat dan keluarganya..
Di kelas anak ini, izinkan saya curhat sebagai seorang ibu. Hehe
Ini cerita tentang anak sulungku, yang kuupayakan segala hal yang menurutku terbaik saat itu hingga saat ini. Teman terbaikku, sekaligus cermin yang handal. Dimana beberapa sikapku tercermin pada perilakunya. Baik itu selera makanannya, keputusan-keputusannya, bahkan cara marahnya.
Sayangnya, apa yang menurutku terbaik dulu, ternyata tidak begitu adanya saat ini. Setelah belajar lagi dan lagi, Allah bukakan pemahaman bahwa yang terbaik itu, bahkan yang tanpa sadar kulakukan ke sulungku, justru menjadi luka pengasuhan yang membuat anakku berubah sedikit demi sedikit tanpa saya sadari.
Sampai kemudian kudapati dia tidak lagi mudah untuk mengungkapkan perasaannya. Hanya terdiam dengan air bening di sudut-sudut matanya, ketika ditanya bagaimana perasaannya atas sesuatu yang membuatnya uring-uringan. Astgahfirullah wa atubu ilaih! Ini dia, ini dia dampak dari luka-luka yang saya berikan sepanjang usianya. Dampak dari komentar-komentar membatasi, sarkasme dan nasihat-nasihat panjang saat perasaannya bergejolak. Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.
Saya menyadari tidak bisa memagari sulungku dari setiap luka. Karena tidak semua pilihanku, menjadi pilihannya. Dan tidak semua bahagianya, bisa kuterima dengan bahagia. Tapi biidznillah, saya masih terus berjuang hingga saat ini. Termasuk mengikuti kelas ini, adalah bentuk ikhtiarku untuk menyembuhkan luka-luka pengasuhan itu.
Saya menulis ini pun sebagai ikhtiar untuk mengingatkan diri sebanyak-banyaknya. Bahwa tujuan saya ataupun umma yang ada disini mengikutkan anak-anak di kelas menulis ini, salah satunya agar luka-luka pengasuhan itu terobati. Dan semoga Allah ridho dengan upaya kita dan menyembuhkan luka anak-anak kita.
Maka umma, mari berusaha menahan komentar dan memberikan sebebas-bebasnya ruang berkreasi pada anak-anak kita. Kita tidak ingin memberikan luka baru bukan? Tentu saja, karena tujuan kita adalah mengobatinya.
Sama-sama berjuang yaa ummahat! Pegangan tangan yang erat dan maksimalkan ikhtiar.
Yang juga sedang berjuang pulih dan memulihkan.
Rati Umma Ghaza
Komentar
Posting Komentar