Berdagang..

Yup, saya lebih senang menyebutnya berdagang dan saya sebagai pedagang. Karena kisah Rosulullah Shollallahu Alaihi wa Sallam sebagai pedagang yang saya dengar sejak kecil itu sangat berkesan. Alhamdulillah saya sennag berdagang.

Awalnya saya mulai dari menjaga kantin sekolah. Dan dari sini saya mendapat upah sesuai keuntungan dari kantin sekolah yang dititipi berbagai dagangan orang tua murid. SMP, saya lupa ada momen berdagnga apa. Yang jelas saya sering diminta bantu menjaga kios campuran milik Mama yang kemudian beralih ke milik Kakakku. Upah, tentu saja tidak ada hahaha. Alhamdulillah bisa belajar mengatur barang, belanja barang, dll. Tahu tentang modal dan keuntungan juga lebih detail dari sini. Masa SMA, kayaknya saya hanya fokus bertahan hidup saat itu hahaha. Tidak ada berdagang atau jualan apapun, saya lupa sih.

Paling berkesan adalah saat kuliah, melihat para kakak senior yang berdagang. Maasya Allah, merasa terpanggil dan ikutan berdagang juga. Sepanjang masa kuliah kayaknya tidak lepas dari berdagang. Masa-masa menyenangkan, alhamdulillah. Dimana jualan yang masuk di dalam tas, dan buku justru di pegang hahaha. Atau bawa jualan dalam jumlah besar dan dititip dulu di mushollah. Dari sini juga saya tahu kalau ternyata tidak boleh melakukan transaksi di dalam masjid/mushollah.

Saat itu saya menjual apa yang saya pakai dan saya butuhkan. Misalnya, baru tahu kalau ternyata kaki juga merupakan aurat, jualan kaos kaki. Mulai pakai jilbab yang menutup dada dengan bros yang lucu-lucu, saya jualan bros. Mulai dari bros kayu, bros rajut, dll. Di masa-masa akhir kuliah, saya mulai buat produk jilbab sendiri. Sayangnya tidak begitu profesional karena tidak ada modal dan tidak pakai merek. Hanya hunting kain-kain lucu di pasar, lalu beli dan neci dengan modal 5-10rban, lalu jadi deh jilbab segi tiga motif.

Sampai kemudian saya bertemu dengan seorang teman yang memproduksi jilbab sendiri dengan profesional. Mulai dari jahit sendiri sampai mempekerjakan tukang jahit. Punya label sendiri, foto produk sendiri, dan lain-lain. Luar biasa, saya banyak belajar juga dengan dia saat itu. Saya jualan jilbabnya dari rumah ke rumah, dari kampus ke kampus, maasya Allah lumayan banyak untungnya. Dipakai hidup sehari-hari, sayang tidak nabung banyak ya. Saya ingat pernah menangis dalam perjalanan di motor, karena memuat banyak jilbab di bagian depan motor sampai-sampai motornya sulit saya belokkan.

Luar biasa pengalaman berharga ikhtiar untuk mendapatkan rezeki yang Allah berikan saat itu. Maasya Allah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.

Dari yang dulu paki rok, mulai hijrah ke gamis. Mulailah saya jualan gamis lagi. Setelah menikah masih jualan jilbab dan gamis yang kemudian berhenti setelah punya anak. Bukan berhenti jualan, tapi beralih ke jualan buku anak sampai saat ini. Karena saat itu saya sangat butuh buku untuk anak-anakku.

Setelah dirunut, sepertinya saya memang seringnya menjual apa yang saya butuhkan. Awalnya biar buat dipakai sendiri bisa dapat harga lebih murah, kemudian bsetelah merasakan amnfaatnya, ingin juga agar orang-orang lainnya mendapat manfaat yang sama ataupun lebih.

Alhamdulillah sampai sekarang masih menjual buku-buku anak ditambah beberapa mainan edukasi. Saat ini masih online dan berjualan offline dari tenant kajian ke kajian. Impianku, ingin punya toko buku offline untuk menyebarluaskan manfaat dari literasi ini. Allah, mau 1 toko buku unik dan lucu tahun ini yaa Rabb. Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Canvas Passion to Project Passion

Luka, kala itu..

2. Mentoship : Tujuan & Mengukur Kemampuan | Kupu-kupu