Apa yang Kau Lakukan saat Sedih?
Saat sedih, saya mengambil jeda dari anak-anak maupun orang lain. Kenapa mengambil jeda? Karena saya ingin fokus untuk memvalidasi perasaanku saat itu. Dan ingin fokus dengan pikiran-pikiranku agar perasaan lebih tenang.
- Apa yang kau rasakan tii?
- Sedih sekali yaa mendapat perlakuan speerti itu.
- Apa yang kau khawatirkan?
- Apa yang sebaiknya kau lakukan saat ini?
- Apa yang bisa membuatmu lebih tenang?
Pertanyaan demi pertanyaan yang saya jawab sendiri dan tentu saja buat sendiri hahaha. Tujuannya adalah, agar saya tidak overthinking dengan perasaan-perasaanku sendiri yang bergelut di dalam pikiran. Jadi saya coba mengurainya sendiri dan mencari ujungnya.
Hal ini saya pelajari dari beberapa mendapatkan sesi coaching baik lewat Rumah Quran Cahaya maupun beberapa komunitas. Meski tidak selalu sama apalagi benar, tapi cara memberikan pertanyaan ke diri sendiri seperti ini sangat membantu saya untuk lebih cepat mengontrol perasaanku.
Saat mengambil jeda, dan anak-anak datang, saya akan meminta waktu untuk bersedih dulu. Kurang lebih seperti ini obrolanku dengan si Bungsu usia 3 tahun saat saya melipir ke dapur untuk mengambil jeda.
B : Umma lagi ngapain?
U : Umma lagi sedih nak. Umma lagi butuh waktu untuk bersedih. Boleh umma selesaikan sedihnya dulu? (Meskipun mungkin pada akhirnya perasaan sedihnya tidak benar-benar selesai.)
B : Baik umma. Aku saaaaaayang umma.
U : Umma juga sayang kamu anak. Terima kasih sudah kasih waktu ke Umma untuk bersedih.
B : Sama-sama umma.
Alhamdulillah, dia paham dengan kondisi-kondisi seperti itu, begitupun kakak-kakaknya. Tanpa bertanya alasanku sedih, mereka memberikan ruang untukku menyelesaikan kesedihanku.
Alhamdulillah, setelah kejadian itu juga saya perhatikan si Bungsu jadi lebih peka dan sedikit-sedikit mencari saya hanya sekedar minta pelukan. Maasya Allah tabaarokallahu.
Setelah mengambil jeda dan memberikan ruang diskusi pada diri sendiri, apa lagi?
Menangis tentu saja yaa. Saya lupa tadi sebutkan satu hal penting ini. Klo sedih, tidak apa-apa untuk menangis. Setelahnya jika masih ada perasaan sedih, nikmatilah kesedihan itu.
Biasanya saya mulai memanjakan diri sendiri, sebagai bagian dari "puk puk self" hehe. Entah itu makan makanan manis, keluar jalan sebentar dari rumah untuk makan makanan enak, ke salon, atau ajak teman untuk curhat.
Hal-hal yang tidak luput ketika mengalami gejolak emosi, adalah melibatkan Allah. Meminta agar Allah mengasihani saya yang sedang bersedih. Melist ikhtiar-ikhtiar yang sudah saya lakukan dan memastikannya itu untuk Allah. Dan menyerahkan endingnya pada Allah. Memohon agar Allah menjaga saya dalam menyelesaikan perasaanku, agar tetap di jalan kebaikan. Tentu saya tidak ingin melampiaskannya pada hal-hal buruk dan hal-hal yang akan membawa penyesalan.
Hal terakhir adalah, buat daftar solusi hasil dari muhasabah. Pikirkan dengan matang, mau menyerah dan menyesal. Atau balas dengan perbuatan terpuji dan terbaik.
Tidak apa-apa jika masih butuh waktu untuk bangkit dan berjuang. Bahkan ketika benar-benar mengambil jeda untuk pause dulu, tidak apa-apa. Saya bahkan berpikir, misal mau mundur selangkah atau dua langkah pun tak mengapa. Dirimu berhak untuk diberi waktu untuk pulih. Setelahnya, Gaskeun gurl!!!
Komentar
Posting Komentar