Lelahnya Menjadi Ibu Dan Hal-hal Yang Menguatkanku


Saya percaya dibalik ujian-ujian hidup, Allah sudah memberikan bekal terlebih dulu untuk menghadapi ujian itu. Karenanya, sesulit apapun rasanya, tetap saja ada kemudahan di titik-titik tertentu.


Selama mengemban gelar sebagai seorang ibu, masa-masa melelahkan tentu ada. Apalagi dimasa menghadapi bayi hingga selesai masa menyapihnya, disanding dengan mengasuh balita dan anak sekaligus.

Alhamdulillah, meski momennya terbayang tapi rasanya tak ada lagi. Biar dicari bagaimanapun, ternyata aku sudah melupakan bagaimana rasa lelahnya.

Terbayang masa-masa ibu 3 anak ini tak sempat masak, bahkan tak sempat makan. Atau hanya sanggup masak mi kuah instan, tapi bisa dimakan setelah menjadi seperti mi goreng saking lamanya ditinggal.

Terbayang saat-saat tak terhitung berapa kali bolak balik kamar mandi untuk mandiin dan nyebokin 2 anak yang diare bersamaan. Saking seringnya aroma sabun anak melekat sepanjang hari.

Atau saat-saat mengantar jemput anak Sekolah TK sambil menggendong bayi 8 bulan, motoran selama setahun dengan jarak yang tidak dekat. Dan masa-masa sibuk tanpa jeda dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya bersama anak, sementara tumpukan pekerjaan rumah pun mengantri untuk diselesaikan.

Membayangkannya saja bisa tergambar lelahnya, tapi aku sudah melupakan rasanya. Alhamdulillah, dibalik kelelahan-kelelahan itu, Allah hadirkan penguat-penguatnya.

Atas izin Allah, penguat ini bersumber dari 3 bahasa cinta utama yang aku punya. Dibalik hari-hari melelahkan itu, ada minimal satu bahasa cintaku yang terpenuhi dan meluruhkan rasa lelah.

Physical Touch, lewat pelukan hangat suami. Words of Affirmation, dari anak-anak lewat kata-kata sederhana. Dan Quality Time, yang selalu bisa aku dapatkan saat pulang ke rumah orang tua meski sebentar atau melakukan hal-hal receh bersama sahabat-sahabatku dan majelis-majelis ilmu yang menghangatkan.

Tiga bahasa cinta ini tentu saja tidak serta merta aku dapatkan begitu saja. Ada proses panjang dalam mengenali diri yang harus aku lalui. Meskipun dulu belum menyadarinya, tapi Allah selalu memberikannya untukku. Karena Allah, aku bisa menjaga kewarasanku hingga saat ini.

Karena dibalik ujian-ujian yang aku hadapi setiap hari ataupun ujian berat di momen tertentu, aku yakin yang memberiku ujian ini adalah Allah, Rabbku Ar-Rahman yang selalu memberikan yang terbaik untukku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Canvas Passion to Project Passion

Luka, kala itu..

2. Mentoship : Tujuan & Mengukur Kemampuan | Kupu-kupu