Bahu Nenek
“Tidur, bukannya tidak mau atau mungkin tidak bisa. Saya hanya takut terjaga. Bisakah bertemu mimpi jika khawatir yang menutup mata ? Tidurlah, dan hiduplah dengan tenang!” Itu beberapa kalimat yang saya catat sewaktu menemani nenek dulu. Saat menemani nenek tidur, saya selalu khawatir nenek akan pergi tiba-tiba. Saat itu memang nenek sudha sakit-sakitan. Tanpa saya sadari kadang saya tertidur dengan menatap bahu nenek. Lewat bahu nenek, saya tahu nenek belum pergi. Lewat bahu nenek, saya tahu saat nenek menangis tertahan. Lewat bahu nenek, saya tahu saat nenek merindukan kakek. Lewat bahu nenek, saya tahu nenek tidur sambil menatap buku. Iyah, buku yang bertuliskan tanggal kepergian kakek. Selarut apapun malam, nenek akan dengan betah menatap buku catatan beliau yang bertuliskan tanggal kepergian kakek di belakang sampulnya. Lagi, bahkan setiap kali terjaga dibukanya kembali buku itu atau hanya sekedar memperbaiki letak buku, nenek akan terus m...