Kamis, 02 November 2017

Sudahkah Anda Bercermin dengan BENAR ?

Saat ini adalah masa di mana kita tak mampu menjadikan cermin sesuai dengan fungsinya. Mungkin cermin yang kita punya adalah cermin si Penyihir yang hanya mampu menjawab segala kecantikan yang kita punya dan membuat kita memiliki penyakit hati pada kecantikan orang lain yang disebutkan si Cermin.

Astagfirullaah..
Sejak kecil saya tahu peribahasa bercerminlah kepada orang lain yang ternyata tidak benar-benar saya pahami maksudnya. Saya menyadarinya saat mendengarkan ceramah Ustad Salim A. fillah yang mengatakan makna bercermin yang sebenarnya kepada orang lain adalah ketika kita melihat kesalahan kepada orang lain maka kita harus segera muhasabah diri dan memperbaiki kesalahan tersebut jika ternyata kitapun memilikinya. Bukankah cermin akan memantulkan bayangan yang serupa ? Jika kita bercermin dan melihat dalam pantulan bayangan kita dicermin ada sesuatu di pipi kita, maka kita akan segera memegang pipi dan membersihkannya bukan ? Bukan malah membersihkan cerminnya. Jadi ketika ada kesalahan pada saudara kita, terlebih dahulu introspeksi diri dan perbaiki diri kita sebelum sibuk mengomentari dan menasihatinya.

Adapun menasihati tentu boleh-boleh saja terutama jika saudara kita yang meminta nasihat. Tetapi tentu saja ada adabnya, ada hal-hal yang harus kita jaga.  Aaaah afwan, saya menulis ini bukan berarti sudah baik, saya hanya sedang menasihati diri sendiri. Untuk mengingat kembali makna "bercermin" yang sebenarnya. Untuk mengingat kembali bahwa dakwah adalah melayani, bukan mementingkan ego sendiri dan  memperlihatkan keunggulan diri. Naúdzubillaah..

Saya percaya setiap orang punya masalah sendiri-sendiri yang harus dihadapinya, dan kita tidak pernah tahu seberapa banyak keputusan-keputusan sulit yang diambilnya. Maka janganlah dengan mudah mengomentari dan berprasangka buruk terhadap orang lain karena kita tidak pernah tahu seberapa banyak kebaikan yang ia perjuangkan sampai kemudian jatuh dalam kesalahan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudahkah Anda Bercermin dengan BENAR ?

Saat ini adalah masa di mana kita tak mampu menjadikan cermin sesuai dengan fungsinya. Mungkin cermin yang kita punya adalah cermin si Penyihir yang hanya mampu menjawab segala kecantikan yang kita punya dan membuat kita memiliki penyakit hati pada kecantikan orang lain yang disebutkan si Cermin.

Astagfirullaah..
Sejak kecil saya tahu peribahasa bercerminlah kepada orang lain yang ternyata tidak benar-benar saya pahami maksudnya. Saya menyadarinya saat mendengarkan ceramah Ustad Salim A. fillah yang mengatakan makna bercermin yang sebenarnya kepada orang lain adalah ketika kita melihat kesalahan kepada orang lain maka kita harus segera muhasabah diri dan memperbaiki kesalahan tersebut jika ternyata kitapun memilikinya. Bukankah cermin akan memantulkan bayangan yang serupa ? Jika kita bercermin dan melihat dalam pantulan bayangan kita dicermin ada sesuatu di pipi kita, maka kita akan segera memegang pipi dan membersihkannya bukan ? Bukan malah membersihkan cerminnya. Jadi ketika ada kesalahan pada saudara kita, terlebih dahulu introspeksi diri dan perbaiki diri kita sebelum sibuk mengomentari dan menasihatinya.

Adapun menasihati tentu boleh-boleh saja terutama jika saudara kita yang meminta nasihat. Tetapi tentu saja ada adabnya, ada hal-hal yang harus kita jaga.  Aaaah afwan, saya menulis ini bukan berarti sudah baik, saya hanya sedang menasihati diri sendiri. Untuk mengingat kembali makna "bercermin" yang sebenarnya. Untuk mengingat kembali bahwa dakwah adalah melayani, bukan mementingkan ego sendiri dan  memperlihatkan keunggulan diri. Naúdzubillaah..

Saya percaya setiap orang punya masalah sendiri-sendiri yang harus dihadapinya, dan kita tidak pernah tahu seberapa banyak keputusan-keputusan sulit yang diambilnya. Maka janganlah dengan mudah mengomentari dan berprasangka buruk terhadap orang lain karena kita tidak pernah tahu seberapa banyak kebaikan yang ia perjuangkan sampai kemudian jatuh dalam kesalahan.






0 komentar:

Posting Komentar